TAK RESAH MESKI HATI GELISAH
- heartohearid
- Aug 19, 2019
- 3 min read
Suatu hari, ada seorang anak kecil sedang bermain bersama teman-temanya di sebuah taman kompleks perumahan. Anak itu terlihat sangat gembira. Dia berlari, mengejar teman-temannya yang lain, menaiki jungkat-jungkit, berlari lagi, mendorong ayunan. Seolah energinya tidak akan habis sore itu. Tak terasa, matahari mulai turun dan menghilang dari pandangan mata. Mengharuskan anak-anak itu untuk kembali pulang ke rumah masing-masing. Mereka saling berpamitan dan berdadah-dadah ria satu sama lain, dan berjanji kalau besok akan kembali ke taman ini, bermain bersama.

Setelah semua temannya pergi, rupanya si anak kecil tersebut tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Justru berjongkok sambil memeluk lututnya dan melihat ke langit. Lama ku perhatikan, anak itu masih dengan posisi yang sama. Hari semakin gelap dan kumandang adzan telah terdengar. Anak itu tiba-tiba berdiri dan menghampiriku.
“Kakak, boleh antar aku ke rumah? Sebenarnya aku tidak tahu ini ada di mana. Tadi sore aku hanya berjalan sendirian. Lalu aku melihat taman ini dan bermain disini.”
“Wah, adek. Kamu kenapa bisa berjalan sendirian? Di mana ayah atau ibumu? Apa mereka tahu kamu sedang bermain di sini?”
“Hmmm, ayah dan ibu ku tidak ada kak. Mereka sudah pergi, ke sana.” katanya sambil menunjuk langit. “Mereka pasti tahu kalau aku sedang bermain di sini karena mereka kan selalu melihat dan menjagaku.” akhirnya sambil tersenyum kepadaku.
“Baiklah, kakak antar kamu pulang ya sekarang.” lalu ku gandeng tangannya dan berjalan menuju alamat yang disebutkan anak itu kepadaku.
Anak kecil dalam cerita di atas, bisa menjadi “guru” bagi kita-yang katanya orang dewasa. Memiliki masalah buat saya adalah “berkat” bagi kehidupan manusia. Mengapa? Ya. karena hanya ikan mati dan bungkus bekas makanan yang akan hanyut terbawa arus air. Sebagai manusia yang hidup dan menghidupi kehidupan, masalah pasti akan menghampiri kita.
Coba kita lihat bagaimana respon anak kecil dalam cerita sebelumnya. Anak itu bermain dengan lepas, bebas, dan sangat gembira. Dia seakan “tidak peduli” kalau dirinya sedang tersesat, tidak juga merasa takut berada di lingkungan yang baru dia temui. Benar-benar menjalani kehidupan tanpa beban atau masalah. Namun apakah anak kecil itu tidak pernah merasa sedih dan gelisah? Tentu tidak.
Seringkali dalam keseharian, kita tidak pernah benar-benar menikmati setiap hal yang kita lakukan. Makan sambil membalas pesan singkat, mengerjakan tugas sambil memikirkan menu makan siang, berlatih menyanyi sambil memikirkan pekerjaan untuk besok, dan ratusan kegiatan lainnya yang kita lakukan secara bersamaan. Mungkin saja saat membaca tulisan ini, teman-teman juga sedang memikirkan hal lainnya bukan?
Dalam kehidupan, kita pasti pernah merasakan kegelisahan kala mengalami pergumulan. Tetapi, pernahkah kita benar-benar menikmati kegelisahan itu? Mencoba berkawan dengan masalah, menjalin relasi antara hati dan pikiran, atau mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang kita hadapi. Seperti anak kecil dalam cerita, bisa bermain dengan lepas dan tertawa dengan teman-temannya sedangkan di sisi lainnya dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya yatim piatu.
Memang tidak mudah untuk bisa benar-benar menikmati setiap proses dalam pergumulan hidup. Saya pun sedang belajar setiap hari untuk makin menikmati apa yang terjadi dalam 26 tahun usia saya dan puluhan tahun yang akan datang. Sedih sudah pasti, lelah jangan ditanya, resah dan gelisah seakan menjadi makanan pembuka kehidupan saya. Tetapi saya punya orang-orang disekeliling saya yang siap membantu, selalu menguatkan, dan memberikan semangat, terlebih saya juga punya Bapa di Surga yang tak pernah sedikit pun meninggalkan saya. :)
Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat kita bersama saat teman-teman sedang menjalani kehidupan yang berat dan penuh cobaan. Mari kita belajar untuk benar-benar menikmati setiap proses yang terjadi dan saat kita menoleh ke belakang, kita akan sadar bahwa sudah sejauh ini kita melangkah.
Saat masalah datang, cobalah berkawan denganNya maka kau tak akan resah meski hatimu gelisah.
- Bin -
Kommentare