PARNO? SIAPA YANG (ENGGAK) TAKUT!
- heartohearid
- Jul 2, 2019
- 3 min read
Updated: Jul 4, 2019
Ada yang pernah ngalamin yang namanya parno? Ato ada yang belum tahu apa itu parno? Parno ini bukan nama bapak kebun ya temen-temen *mencoba lucu hehe*. Jadi parno ini adalah istilah untuk ketakutan yang berlebihan, merasa gelisah dan sering kepikiran hal-hal yang akan terjadi di masa depan.

“Lah, bukannya wajar ya kalau kita kepikiran hal-hal di masa depan?” Oh iya bener, penting emang buat kita mikirin masa depan. Tapiii, ada tapinya nih, kalo berlebihan ato yang lebih dikenal dengan istilah parno di atas, bisa bikin masalah nan berbahaya, euy. Kenapa bisa begitu? Coba baca cerita pendek di bawah ini.
Baru-baru ini, aku merasa mengalami ketakutan yang yaa bisa dibilang mengganggu pikiran dan hati sih. Ketakutan ini bermula sejak aku selesai melakukan praktek untuk tugas sebuah mata kuliah. Praktek yang aku jalanin enggak sesuai dengan standar dan ketentuan yang diminta dosen. Semester ini cukup berat karena aku harus mengulang mata kuliah yang tidak bisa aku selesaikan di semester lalu dan praktek ini adalah tugas akhirnya. Jujur, ini adalah pengalaman pertama kalinya aku harus mengulang mata kuliah sepanjang aku menyandang status sebagai mahasiswa. Bisa dibayangin dong ya, gimana rasanya mengulang mata kuliah yang punya dosen terkenal agak cerewet dan punya standar tinggi. Susah. Berat. Bikin takut. Sebutin deh segala macem perasaan yang kalian tahu, aku ngerasain itu semua. But, the show must go on, right?
Jadilah aku menjalani sisa semester ini dengan perasaan semangat campur ragu dan dibumbui rasa takut enggak lulus. Selama kurang lebih 1 bulan aku bergumul sama hal ini. Bergumul antara aku menenangkan hati dengan mencantumkan hasil laporan dengan banyak penyesuaian di sana sini atau aku tetap membuat laporan sesuai apa adanya. Sampai hari-hari akhir pengumpulan laporan, aku masih enggak tahu harus melaporkan apa. Akhirnya aku coba buat cerita sama temen di gereja tentang kegalauan ini. Dannnn, tetep aku enggak nemu kedamaian.
Setelah tanya sana sini, cerita ini itu, aku memilih untuk menuliskan hasil laporan apa adanya. Bukan sebuah pilihan yang mudah karena aku harus ngelawan pikiran-pikiran gimana kalo aku ga lulus lagi, gimana kalo laporan ini ditolak sama dosen, dan bijian pikiran jelek lainnya. Sampai tiba hari ujian dan aku harus presentasi laporan di depan dosen penguji.
Sore itu, aku berangkat dengan hati dan kepala yang penuh ketakutan. Parno. Gelisah. Enggak tenang. Berusaha mempraktekkan ilmu relaksasi yang aku dapet di kelas, dengan tarik napas panjang beberapa kali, ternyata enggak bikin parno hilang. Terus berasa dari dalam hati kaya ada yang bilang "Aku disini, kamu tenang aja. Udah gapapa, dijalani aja ujiannya. Ada Aku kok." Enggak lama setelah itu, tibalah giliranku masuk ruang ujian. Dan yang terjadi berikutnya adalah semua ketakutanku enggak terjadi. Semua. SEMUA. Bahkan dosen yang terkenal agak cerewet itu, juga enggak banyak komentar dan bertanya. Seakan Tuhan bilang, "Tuh kan, enggak kejadian semua yang kamu pikirin. Kamu aja yang terlalu takut dan bikin pikiran-pikiran jelek datang menghampiri."
Satu pelajaran yang aku dapet dari pengalaman ini adalah kadang kita sendiri yang dengan "sengaja" mengundang Si Parno masuk dalam hati dan pikiran kita. Bikin mood swing, hati enggak tenang, mikir hal-hal jelek, dan bikin kita meragukan diri sendiri. Duh serem ya?! Tapi begitulah kondisi kita manusia, yang sering kali mendahulukan akal pikiran dan kemampuan kita, tanpa mau bersandar dan berserah sama kuasa Tuhan.
Jadi, temen-temen, kalo kalian sedang mengalami ketakutan atau gelisah soal apa yang bakalan terjadi, coba deh buat diam sejenak terus berdoa. Serahin semua kegelisahan dan keparnoan kamu sama Dia. Emang ga mudah, tapi aku percaya kamu pasti bisa. Dan pelan-pelan kita akan mulai terbiasa untuk berserah dan bersandar sama Tuhan.
Salam kasih dari Bin.
Comments